Investasi Properti Digital vs Fisik: Mana Lebih Untung?

Harga rumah makin sulit dijangkau. Indonesia bahkan masuk peringkat ke-4 negara dengan harga rumah paling tidak terjangkau di dunia, dengan rasio harga terhadap pendapatan 48,35%.

Pada saat yang sama, inflasi Juli 2025 naik ke 2,37% dan ini merupakan inflasi tertinggi dalam 13 bulan terakhir, didorong kenaikan harga pangan dan biaya pendidikan. Bagi banyak pekerja muda, gaji bulanan sering hanya cukup untuk kebutuhan pokok, sementara DP rumah jadi makin tidak terjangkau.

Kondisi ini membuat banyak orang mulai melirik cara lain untuk masuk ke pasar properti. Ada yang tetap berinvestasi properti fisik dengan modal besar, ada juga yang mulai mencoba opsi properti digital lewat platform online.

Pertanyaannya, mana yang sebenarnya lebih menguntungkan?

Investasi Properti Fisik: Jelas, Tapi Modal Berat

Investasi properti fisik terasa aman karena kamu bisa lihat dan sentuh asetnya seperti rumah, apartemen, atau ruko yang nantinya bisa kita tempati, sewakan, atau bahkan diwariskan.

Tapi modalnya tidak main-main. Beli properti di kota besar perlu uang ratusan juta sampai miliaran, belum termasuk DP, pajak, biaya notaris, dan cicilan KPR.

Soal untung dari sewa, menurut data pasar properti di Indonesia, imbal hasil rumah sewaan rata-rata ada di kisaran 3–5% per tahun. Untuk properti komersial seperti ruko atau kios, bisa lebih tinggi, sekitar 6–9% per tahun. Setelah dipotong biaya perawatan dan pajak, hasil bersihnya biasanya lebih rendah, apalagi dengan modal yang besar.

Jadi, meski properti fisik cenderung stabil dan punya bentuk jelas yang bisa ditempati atau disewakan, modal awalnya tinggi dan profit sewa bersihnya relatif kecil. Sulit banget buat investasi dengan modal tipis ala Gen Z atau pekerja muda.

Investasi Properti Digital: Modal Kecil, Akses Lebih Mudah

Kalau properti fisik terasa berat karena butuh modal besar dan hasil sewanya terbatas, ada pilihan lain yang lebih ringan. Altuzs membuka akses dengan konsep Co-Owner, yaitu kepemilikan bersama atas properti produktif. Artinya, kamu tidak perlu membeli satu bangunan penuh, cukup memiliki sebagian kecil bersama investor lain.

Dengan modal mulai Rp100 ribu, siapa pun bisa jadi Co-Owner di properti produktif seperti rumah sewa, apartemen, hingga ruko. Semua proses berlangsung digital, mulai dari pembelian kepemilikan, memantau performa aset, hingga menerima hasil sewa. Co-Owner tidak perlu repot mengurus penyewa, pajak, atau biaya perawatan karena sudah ditangani oleh pengelola properti.

Potensi keuntungan juga menarik. Salah satu contoh properti di Altuzs, ruko sewa di kawasan Pamulang, memiliki proyeksi imbal hasil total hingga 14% per tahun. Angka ini berasal dari gabungan hasil sewa bulanan yang rutin dibagikan dan peluang kenaikan nilai properti saat kepemilikan dijual kembali di platform.

Dengan modal yang kecil dan sistem kepemilikan bersama, Co-Owner bisa menyebar investasi ke beberapa properti sekaligus. 

Perbandingan Keuntungan, Likuiditas, dan Risiko

Baik properti fisik maupun digital sama-sama bisa memberi dua sumber keuntungan, yaitu dari sewa dan dari kenaikan harga. Bedanya ada di cara menikmati hasil tersebut.

Pada properti fisik, pendapatan sewa rata-rata 3–9% per tahun, tapi itu masih kotor. Setelah dipotong biaya perawatan, pajak, dan kemungkinan unit kosong, hasil bersih biasanya lebih kecil. Kenaikan harga properti juga baru bisa dinikmati ketika aset terjual, yang sering butuh waktu lama.

Di Altuzs, angka yang diterima Co-Owner sudah bersih karena biaya perawatan dan pengelolaan ditangani langsung oleh tim Altuzs. Hasil sewa dibagikan rutin setiap bulan, dan jika harga properti naik, bagian kepemilikan juga ikut naik nilainya serta bisa dijual kembali lewat aplikasi dan website Altuzs. Cara ini membuat akses ke keuntungan jadi lebih cepat dan praktis, dengan potensi total hingga 14% per tahun.

Investasi Properti Digital vs Fisik, Mana yang Lebih Untung?

Kalau dilihat dari sisi hasil, properti fisik biasanya memberi pendapatan sewa sekitar 3–9% per tahun. Keuntungannya bisa lebih besar kalau harga jual properti naik, tapi dana sulit dicairkan sebelum aset benar-benar terjual, dan prosesnya bisa memakan waktu lama.

Investasi properti digital lewat aplikasi dan website Altuzs lebih mudah diakses. Modal awal hanya mulai Rp100 ribu, hasil sewa dibagikan setiap bulan, dan kepemilikan bisa dijual kembali kapan saja lewat sistem internal Altuzs. Karena tidak perlu mengurus biaya perawatan dan penyewa, hasil yang diterima juga lebih bersih.

Buat anak muda dengan modal terbatas yang ingin pendapatan rutin, properti digital terasa lebih menguntungkan. Sementara properti fisik lebih cocok untuk mereka yang punya dana besar dan ingin menahan aset jangka panjang.

Kesimpulan

Investasi properti fisik memang stabil, tetapi modal besar dan proses jual beli yang panjang membuatnya sulit dijangkau banyak orang. Properti digital lewat aplikasi dan website Altuzs memberi akses yang lebih mudah, dengan modal mulai Rp100 ribu, hasil sewa rutin setiap bulan, serta peluang keuntungan dari kenaikan nilai properti.

Bagi siapa pun yang ingin mulai membangun aset produktif tanpa harus menunggu punya dana besar, properti digital bisa jadi pilihan yang lebih menguntungkan.

Daftar sekarang dan download aplikasi Altuzs di Google Play Store atau Apple App Store untuk mulai jadi Co-Owner properti produktif sekarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *